Dugaan Pelecehan terhadap Sejumlah Gamers Wanita

Berita Gamers Wanita yang diperlakukan Tidak Pantas

Dilansir dari Nytimes.com, akhir pekan ini, ada kabar buruk dari industri game. Setidaknya ada 70 kasus yang mencuat di Twitter. Hal tersebut membuat perusahaan game maupun streamer merespon dengan melakukan tindakan. Sebagian besar dari tuduhan tersebut datang dari gamer wanita. 

Kasus di atas dipicu oleh pengajuan tuduhan yang dialami oleh sejumlah gamer wanita. Mereka menjadi korban kasus pelecehan, diskriminasi, dan kekerasan seksual berbasis gender. Tuduhan tersebut mulai diberitakan pada tanggal 26 Juli 2020, atau tepatnya pada hari Jumat kemarin. 

Kisah Seksisme Gamer Wanita 

Kisah tindakan tak terpuji yang dialami oleh sejumlah gamer perempuan, dibagikan langsung melalui platform medsos. Mereka berbagi kisah pilu pengalaman menjadi seorang streamer melalui Twitter, Youtube, Twitch, dan lainnya. 

Di lain sisi, kasus tersebut juga berdampak pada pengunduran diri seorang C.E.O. perusahaan terkemuka pencari bakat untuk streamer. Hal tersebut diakibatkan karena mereka sering berhadapan dengan kasus seksisme. 

Selain itu, ada cukup banyak tuduhan lain yang membuat mundurnya C.E.O tersebut. Beberapa alasan lainnya seperti intimidasi, hingga tuduhan pelecehan. 

Akan tetapi, kasus di atas memiliki respon yang jauh berbeda dibandingkan Gamergate di tahun 2014. Pada tahun tersebut, perempuan menghadapi ancaman kekerasan seksual hingga kematian. Hal tersebut terjadi karena pandangan dunia gaming merupakan budaya yang didominasi oleh pria. 

Namun saat ini, ada sebuah keoptimisan yang memandang bahwa akan adanya perubahan yang terjadi ke arah yang lebih baik. 

Awal Mula

Kasus-kasus yang dialami gamer wanita di atas, mulai mencuat karena cerita yang dibagikan di media sosial.  Akun bernama Hollowtide, memposting pemain “teratas” untuk video game online  berjudul Destiny. Tulisan tersebut diposting tepat pada Jumat malam kemarin. 

Di dalam postingan, dia menyebut pemain-pemain tersebut dengan julukan tak pantas, yaitu “scum lord”. Kemudian, 3 perempuan streamer dengan nama akun SheSnaps, SchviftyFive, dan JewelsVerne, membaca postingan tersebut. 

Ketiga perempuan streamer ini, lalu menceritakan pengalamannya waktu bermain dengan para player yang dijuluki “scum lord” ini.  Akun bersangkutan tersebut adalah Lono dan SayNoToRage. Menurut 3 perempuan streamer ini, diduga adanya sebuah sentuhan pelecehan dalam postingan tersebut. 

Itulah salah satu alasan kenapa perempuan streamer yang bermain game online menggunakan nama samaran. Banyak gamer perempuan yang mengalami pelecehan akibat menggunakan nama legal. Selain itu, juga sering mengalami kasus peretasan akun. 

Kisah-Kisah Gamer Perempuan dengan Tuduhan Pelecehan         

Setelah terkuaknya kasus tersebut, para streamer lain mulai buka-bukaan tentang pengalaman mereka yang serupa. Kisah yang dibuka merupakan pengalaman mereka dengan sejumlah orang terkemuka di industri tersebut. 

Selain itu, kasus ini pun terjadi dengan sejumlah streamer, Youtubers, pengembang game, hingga manajer bakat. Salah satu kasus yang kembali populer yaitu seorang streamer bernama Jessica Richey. Ia mulai memposting tuduhannya di akun Twitter miliknya. 

Richey yang juga pernah menjadi korban, diminta oleh 50% audiensnya untuk bercerita. Kemudian, ia pun mulai membagikannya melalui postingan di sebuah komunitas streaming.

Richey memaparkan, kalau dirinya tidak akan menghakimi ataupun meminta siapa saja untuk memburu mereka. Ia hanya mencoba untuk bersuara agar bisa bertahan di tengah isu-isu tidak baik seputar gamer perempuan di dunia saat ini. 

Dia pun memberi dukungan bagi para gamer perempuan yang pernah mengalami kasus tersebut. Rachey pun berusaha untuk memastikan perempuan yang mengalami kasus pelecehan agar mereka tidak merasa sendirian. 

Di lain sisi, Molly Fender Ayala, seorang streamer di Twitch, juga berbagi cerita serupa. Selain sebagai streamer, ia juga merupakan pemimpin pengembang komunitas video game Overwatch. 

Ayala memposting sebuah pesan di Twitter pada hari Minggu pagi. Pada postingannya, ia menuduh Omeed Dariani, seorang C.E.O dari Online Performers Group, telah melakukan pelecehan. Ayala menyebut, Omeed pernah mengajak berbuat tidak senonoh dan melecehkannya. 

Kejadian yang dialami Molly ini, terjadi pada tahun 2014. Kisah ini merupakan kejadian yang menambah daftar hitam pelecehan pada gamer perempuan di dunia. 

Melalui tulisannya, Ayala pun mengatakan kalau ini merupakan tanggung jawab dirinya untuk berbicara. Dengan begitu, perempuan lain di dunia streaming dan dunia game, tahu bahwa ini tidak hanya sekedar industri game saja. 

Lalu, seorang pria bernama Dariani, merespon tuduhan yang dibagikan Ayala. Ia mengatakan bahwa ia tidak akan berdebat tentang apakah hal tersebut benar terjadi atau tidak. Namun, dirinya berjanji akan memercayai wanita tersebut. 

Pengunduran Diri Sebagai C.E.O

Setelah kasus tersebut dikuak, C.E.O yang bermasalah tersebut kemudian mengundurkan diri. Selain itu, kasus ini berdampak juga pada Lono dan dua streamers lainnya. Salah satu perusahaan bernama Astro Gaming, mengatakan berhenti untuk mensponsori Lono dan beberapa streamer terkait kasus tersebut. 

Selain itu, salah satu streamer Facebook Gaming juga ditangguhkan karena tuduhan publik terkait kasus pelecehan. 

Informasi di atas sedikit banyak membuka tabir sisi gelap dari dunia gaming yang berdampak pada gamer wanita. Namun, untungnya ada penanggulangan cepat sehingga kasus tidak meluas. Apa tanggapanmu tentang ini? Komen dibawah!

Untuk membaca artikel menarik lainnya klik disini.

Sumber: https://www.nytimes.com/2020/06/23/style/women-gaming-streaming-harassment-sexism-twitch.html

https://www.aljazeera.com/ajimpact/dozens-women-accuse-video-gaming-titans-sexual-misconduct-200624160528207.html

https://www.cnet.com/news/as-sexual-abuse-allegations-flood-in-the-world-of-video-game-faces-a-reckoning/

Leave a Reply