Ada yang bilang kalau usia 20an itu jadi masa dimana seseorang mulai mencari jati diri.
Mungkin banyak diantara kita yang bsia relate dengan kalimat yang satu ini, tapi siapa sangka kalau Franchise berusia 26 tahun pun juga bisa punya masalah yang sama!
Kalau kalian melihat siaran Pokemon Presents kemarin, pasti kalian juga sudah melihat teaser Pokemon Gen 9, Scarlet dan Violet yang akan dirilis akhir tahun ini.
Di teaser ini sendiri kita bisa melihat berbagai peningkatan kualitas graphic game ini sendiri, yang walaupun dari standard industri termasuk lambat, tapi lebih baik dari SwSh.
Sebagai contoh tentunya screenshot dari Magnemite dan Seviper yang sekarang masing-masing sudah punya efek mengkilap dan texture sisik yang baik.
Tapi kalau menurut mimin pribadi, ada satu aspek yang malah… menurun “kualitas” nya, yaitu model karakter manusia, Trainer dan NPC lain di game ini.
Dan sepertinya mimin gak sendiri karena di twitter Jepang pun, kata “主人公の顔” yang memiliki arti “Protagonist’s Face” sempat trending setelah siaran Pokemon Presents kemarin selesai.
Isinya sebagian besar adalah mereka yang mempertanyakan keputusan Pokemon dengan wajah dari Trainer Utama di game ini yang dianggap melenceng.
Berbagai perbandingan mereka buat mulai dari Thomas si kereta, Pinocchio nya Lionsgate, Memoji nya iOS, bahkan ada juga yang membandingkannya dengan wajah yang muncul di iklan game gratisan di internet.
Penolakan ini sepertinya muncul juga ada di kalangan fans diluar jepang, walaupun sepengetahuan mimin sih tidak sampai jadi trending di twitter, kemungkinan karena keyword nya yang tidak seragam.
Tapi perlu diperhatikan kalau masalah terbesarnya bukan pada “desain” karakternya sendiri, tapi bagaimana desain ini di translate sebagai model 3D di dalam game nya.
Shader dan texture yang digunakan untuk wajah Trainer di teaser kemarin di rasa merubah identitas wajah karakter Pokemon yang bisa dikenali dengan sekali lirik, menjadi wajah yang bisa ditemui di berbagai game shovelware.
Sebagian orang merasa kalau model wajah yang digunakan ini mirip dengan karakter di New Pokemon Snap, tapi kalau menurut mimin pribadi, wajah karakter Pokemon Snap masih lebih punya banyak “personality” dibanding wajah Scarlet dan Violet loh.
Tentu saja berhubung game nya masih dalam pengembangan, dan release date nya yang amsih terbilang jauh, masih mungkin untuk Pokemon dan GameFreaks untuk melakukan perubahan a’la Film layar lebar Sonic.
Tapi apakah mereka akan melakukannya? Itu bisa jadi pertanyaan untuk lain hari, tapi kalau kaliansendiri merasa baiknya tetap seperti ini atau di revisi?
Tapi wajah saja tidak bisa jadi indikator kalau Pokemon lagi Krisis identitas, dan karenanya kita akan masuk ke permasalahan yang ke dua, Political correctness.
Selama ini Pokemon selalu memiliki desain yang kontras antara protagonist laki-laki dan perempuannya, namun di Gen 9 ini, mereka memberikan desain pakaian yang sama antara dua gender trainer ini.
Tentu saja bisa jadi kalau desain yang sama ini beralasan karena latar belakang trainer di game ini yang merupakan murid sebuah sekolah.
Namun ketika kedua desain sama-sama menggunakan celana, banyak fans yang mencurigai Pokemon sengaja memilih desain unisex ini agar bisa lebih sejajar dengan prinsip Political Correctness atau yang di Jepang disingkat ポリコレ(PoliKore)
FYI, Political Correctness memiliki arti penggunaan bahasa, maupun pemberlakuan kebijakan yang berusaha untuk tidak menyinggung maupun mengucilkan anggota / kelompok tertentu dalam sebuah masyarakat.
PoliKore dirasa oleh fans di jepang sebagai alasan mengapa desain unisex dan wajah yang terkesan netral dipilih untuk karakter utama di game ini..
Banyak yang merasa upaya Pokemon ini terlalu berlebihan, apalagi kalau dampaknya sampai menghasilkan desain karakter yang dirasa hambar atau setengah-setengah.
Secara garis besar, beberapa approach yang dipilih The Pokemon Company dan Gamefreaks di game ini dirasa terlalu bermain aman, dan malah membuatnya terkesan plin-plan.
Mimin pun termasuk yang punya pendapat yang sama, dan merasa Pokemon sedang mengalami krisis identitas, sesuai judul artikel ini.
Cukup kasihan juga mimin sama desainer karakter game ini (yang sepertinya bukan Ken Sugimori melainkan Yusuke Ohmura) karena design beliau (yang diluar dari pakaiannya) sebenarnya sudah bagus) dirusak oleh implementasi 3D yang mengenaskan.
Tapi apa daya mimin sebagai pengguna hanya bisa menunggu dari tepi, berharap akan ada perubahan positif di teaser maupun trailer selanjutnya untuk game terbaru Pokemon ini.
Sambil menunggu, mungkin ada baiknya ngelanjutin Pokemon Legends Arceus mimin lagi dan melihat berbagai ekspresi absurd karakternya yang mungkin akan jadi yang terakhir untuk seri legendaris ini.