Kena – Bridges of Spirits menjadi salah satu game yang sedang menarik perhatian banyak orang saat ini.
Tak sedikit dari mereka yang jatuh cinta dengan game ini setelah melihat debut pertamanya di acara Future of Gaming event dari PlayStation di 2020 kemarin.
Maklum saja style a’la Pixar / Disney di game Kena ini memang menjadi salah satu charming point dari game ini.
Tapi untuk kita yang tinggal di Indonesia, mungkin ada beberapa faktor lain yang membuat kita tertarik dengan game ini.
Yes, ada banyak nuansa Indonesia yang sangat kental hadir di Kena – Bridges of Spirits, terutama dari dunia di dalam game nya sendiri, serta musiknya!
Tapi sebelum kita bahas apa aja yang Indonesia dari game ini, kita bahas sedikit dul ualtar belakang dari tim dibalik game ini, Ember Lab Studio!
Ember Lab adalah studio berbasis di Los Angeles, beranggotakan 14 orang, dan dipelopori di 2009 oleh Mike and Josh Grier.
Karya yang membuat mereka naik daun adalah sebuah animasi pendek berjudul Terrible Fate, yang terinspirasi dari The Legend of Zelda: Majora’s Mask.
Film ini membuat mereka di notice oleh banyak publisher Video games, dan memungkinkan mereka bekerja sama dengan Sony Interactive Entertainment.
Dari sinilah Ember Lab memulai perjalanan perdana mereka membuat sebuah video game, menjadikan tema South East Asian kiblat mereka.
Gameplay dari game nya merupakan perpaduan antara Souls Games, dan Pikmin, menadikan game ini memiliki aspek combat yang menegangkan dan dorongan untuk bereksplorasi menemukan para “Rot” yang bisa membantu Kena di berbagai kesempatan.
Dari sisi Visual nya, mereka bekerjasama dengan Studio Sparx, yang adalah sebuah studio berbasis kan di Vietnam yang membantu pengerjaan berbagai film Holywood baik Live Action maupun Animasi.
Berbagai symbol dan ornament dalam game ini, meminjam banyak inspirasi dari apa yang bisa ditemui di Jepang dan Bali, dan bicara soal Bali, disini jugalah tempat kelahiran Musik dari game ini.
Untuk menghadirkan kesan south east asian yang mereka inginkan, sang composer Jason Gallaty yang saat itu sedang mencari inspirasi alat musik gamelan, memutuskan untuk mencoba mengajak kerjasama pemain dari refrensi yang ia sedang dengarkan, Sanggar Seni Cudamani.
Dan pada kenyataannya, Ia hampir ditolak oleh direktur dari Sanggar Seni Cudamani, Emiko Saraswati.
Alasannya sederhana, karena pada awalnya, Emiko merasa bahwa media modern seperti Video Game, adalah musuh bagi musik tradisional seperti gamelan.
Wajar saja karena memang sudah jadi fakta kalau perkembangan teknologi menjauhkan kita dari budaya leluhur kita, tak terkecuali dengan Video Game.
Tapi setelah berbicara langsung via telefon dengan Jason, Emiko mulai melihat potensi dari kolaborasi ini dan memutuskan untuk mencoba kesempatan ini.
Dewa Putu Berata yang juga adalah direktur sanggar seni Cudamani sekaligus suami dari Emiko pun turun tangan dan bersama dengan jason, membuat berbagai musik yang kita dengar di game ini sekarang.
Tak hanya musik yang indah dan khas banget dengan Indonesia, kerjasama mereka juga menghindarkan Kena dari potensi masalah yang mungkin saja menimpanya.
Pasalnya, dalam beberapa voice sample yang dimiliki Jason, ada beberapa diantaranya yang merupakan musik sakral/religius agama tertentu dalam hal ini muslim.
Kalau saja mereka tidak bekerja sama dan Jason memutuskan mengerjakan musik di game Kena sendiri, bisa saja saat ini Kena sedang berada di tengah drama karena kasus ini, yang pernah dialami game The Legend of Zelda: Ocarina of Time dengan lagu di stage Fire Temple nya.
Diluar dari itu, bahwa kolaborasi yang tulus dan erat dari berbagai pihak yang terlibat dan keinginan untuk mengejar visi dari apra creatornya seakurat mungkin bisa membuat project Video Game dari EmberLab menjadi calon salah satu jduul terbaik PlayStation 5!
Pada akhirnya, semua pihak merasa puas dengan kerjasama ini, dan hasilnya, bisa kita dengarkan sekarang, at least via Youtube atau kalian yang sudah punya versi digitalnya!
______________________________________________________
In the end, Perjalanan perdana EmberLab membuat video game pertama mereka adalah sebuah kisah sukses yang membuka jalan untuk project mereka kedepannya.
Walaupun konsep gameplay dari Kena sendiri sebenarnya tidak bisa dibilang original, tapi tema yang mereka angkat dan budaya yang ingin mereka highlight ke dunia internasional menjadi yang cukup jarang dilirik developer lain.
Keinginan untuk menjadi berbeda dari yang lain ini mungkin bisa jadi senajta bagi studio muda ini kedepannay untuk selalu menghadirkan pengalaman yang fresh ke pemain dari game mereka nanti atau setidaknya begitulah harapan mimin!
Buat kalian yang masih menunggu perilisan versi Fisik game ini, PSe bakal segera membuka Pre-Order utnuk edisi Deluxe nay dalam waktu dekat loh, pantengin yah social media kita buat tahu kelanjutannya!